![]() |
Paus Fransiskus melambaikan tangan saat menyapa masyarakat Sudan di monument pahlawan John Garang di Juba [AP] |
SUDAN (FPIINews) – Perdamaian di Sudan menjadi fokus
utama pidato Paus Fransiskus. Fransiskus kembali membuat seruan itu dalam
kunjungan terakhirnya di Sudan Selatan pada akhir pekan, Irish Examiner
melaporkan pada Ahad (5/2/2023).
Saat memimpin misa di monumen pahlawan negara John
Garang, Fransiskus memohon kepada penduduk setempat untuk meletakkan senjata
mereka dan saling memaafkan.
“Bahkan jika hati kita berdarah karena kesalahan yang
telah kita derita, marilah kita menolak, untuk selamanya, membalas kejahatan
dengan kejahatan,” kata Fransiskus.
Dalam misinya itu, Fransiskus ingin menghidupkan
kembali harapan di negara termuda di dunia, yang merdeka pada 2011 lalu, namun
dilanda perang saudara dan konflik hingga kini.
“Mari kita saling menerima dan mencintai satu sama
lain dengan ketulusan dan kemurahan hati, sebagaimana Tuhan mencintai
kita," tambahnya.
Salah satu penduduk Sudan, seorang ibu berusia 66
tahun, mengaku telah banyak menderita karena perang saudara. Ia berharap agar
doa-doa yang dipanjatkan Paus, dapat membawa kedamaian di negaranya.
"Kami membutuhkan perdamaian sekarang dan saya
berharap doa-doa ini akan menghasilkan perdamaian abadi," kata Natalima
Andrea.
Selama kunjungannya, Fransiskus bersama Uskup Agung
Canterbury, Justin Welby, dan moderator Gereja Skotlandia, Rt Rev Greenshields,
fokus untuk memerhatikan para perempuan dan anak-anak yang paling menderita di
kamp-kamp sementara di Sudan.
Dalam misinya, mereka bertujuan untuk mempercepat
proses perdamaian di Sudan, salah satunya dengan mendorong Presiden Salva Kiir,
dan saingan lamanya, Riek Machar, untuk berkomitmen kembali pada kesepakatan
damai 2018 lalu.
Kiir, Machar, dan kelompok oposisi, menandatangani
perjanjian damai pada 2018, tetapi ketentuan kesepakatan itu, termasuk
pembentukan tentara bersatu nasional, sebagian besar tetap tidak dilaksanakan
dan pertempuran terus berlanjut. (RMOL)